animation raining petals

Pengikut

Jumat, 05 Oktober 2012


CINTA, KEKAYAAN, KECANTIKAN, KESEDIHAN, DAN KEGEMBIRAAN

Alkisah, di suatu pulau kecil tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak: ada CINTA, KEKAYAAN, KECANTIKAN, KESEDIHAN, KEGEMBIRAAN, dsb. Awalnya mereka hidup berdampingan dengan baik dan saling melengkapi. Namun suatu ketika datang badai menghempas pulau kecil itu, dan air laut tiba-tiba naik semakin tinggi dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha  menyelamatkan diri. CINTA sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak memiliki perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara air semakin naik membasahi kaki CINTA.
          Tak lama berselang, CINTA melihat KEKAYAAN sedang mengayuh perahu, “KEKAYAAN! KEKAYAAN! Tolong aku!” teriak CINTA. Lalu, apa jawab KEKAYAAN?
          “Aduh maaf, CINTA!” kata KEKAYAAN, “Perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku takdapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu diperahuku ini.” Lalu KEKAYAAN cepat-cepat mengayuh perahunya pergi meninggalkan CINTA.
          CINTA sedih sekali, namun kemudian dilihatnya KEGEMBIRAAN lewat dengan perahunya.
          “KEGEMBIRAAN! Tolong aku!” teriak CINTA. Namun apa yang terjadi? KEGEMBIRAAN terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tuli. Ia tak mendengar teriakan CINTA.
          Air makin tinggi membasahi CINTA sampai ke pinggang, dan CINTA semakin panic. Tak lama kemudian lewatlah KECANTIKAN, “KECANTIKAN! Bawalah aku bersamamu!” teriak CINTA. Lalu jawab KECANTIKAN, “Wah, CINTA, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini,” sahut KECANTIKAN.
          CINTA sedih sekali mendengarnya. CINTA mulai menangis terisak-isak, “Apa kesalahanku, mengapa semua orang melupakan aku?”
          Saat itu lewatlah KESEDIHAN. Lalu CINTA meminta dengan memelas, “Oh, KESEDIHAN, bawalah aku bersamamu,” kata CINTA. Lalu apa kata kesedihan? “Maaf CINTA, aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja…,” kata KESEDIHAN sambil terus mengayuh perahunya.
          CINTA putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. CINTA terus berharap kalau ada yang menyelamatkan dirinya. Lalu ia berdoa kepada Tuhan, “Oh, Tuhan, tolonglah aku, apa jadinya dunia tanpa aku, tanpa CINTA?”
          Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, “CINTA! Ayo cepat naik ke perahuku!” CINTA menoleh kea rah suara itu dan melihat seorang tua renta berjanggut putih panjang sedang mengayuh perahunya. Lalu, cepat-cepat CINTA naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Kemudian, di pulau terdekat, orangtua itu menurunkan CINTA dan ia pergi lagi
          Pada saat itulah CINTA sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orangtua yg baik hati yg menyelamatkannya itu. CINTA segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, “Siapa sebenarnya orang itu?”  “Oh, orangtua tadi? Dia adalah WAKTU”, kata orang itu. Lalu, CINTA bertanya, “Tapi mengapa ia menyelamatkan aku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yg mengenalku pun enggan menolongku”, Tanya CINTA heran.
          Kata orang itu, “Sebab hanya WAKTU-lah yg tahu berapa nilai sebuah CINTA”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar